Pengikut

maritime script

web site hit counter

About Me

Foto Saya
Konsultan Maritim
Jakarta Timur, DKI Jakarta, Indonesia
Konsultan Maritim,lembaga untuk pemberian pendidikan dan pelatihan bidang kemaritiman khususnya angkutan laut niaga termasuk penyediaan buku-buku terkait baik yang dikarang oleh blogger sendiri maupun buku lainnya.Buku yng dikRng oleh Drs. FDC. Connie Sudjatmiko, MM antara lain: 1. Pokok-pokok Pelayaran Niaga, 2. Sewa-menyewa Kapal, 3. Hukum Dagang Laut Bagi Indonesia, 4. Sistem Angkutan Peti Kemas, 5. Pabean Ekspor Impor, 6. Ensiklopaedia Maritim. Buku-buku tersebut dapat dipesan melalui blog ini.
Lihat profil lengkapku

Sponsored by

Senin, 28 Mei 2012

JUAL BUKU ONLINE

JUAL BUKU ONLINE
MASALAH TRANSPORTASI LAUT


Kurang lebih dua tahun yang lalu saya menyerahkan enam judul buku karangan saya kepada Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP), Capt. Yan Risuandi dengan permohonan sudilah kiranya bapak Ketua STIP membeli hak cipta buku-buku tersebut dan diterbitkan oleh STIP untuk disedarkan kepada sekolah-sekolah yang sejenis di Indonesia. Semua buku karangan saya mengambil pembahasan tentang “shipping business” termasuk Asuransi Maritim. Kalau bapak Ketua bersedia mengabulkan permohonan tersebut, tentunya saya akan menerima uang yang cukup lumayan nominalnya dan STIP juga dapat terangkat kredibiltasnya sebagai perguruan tinggi yang memberi kesempatan tenaga pendidiknya meningkatkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan.
Permohonan tersebut tidak ditolak atau disetujui tetapi buku-buku ditutunkan kepada Ketua Jurusan Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga dan Kepelabuhanan dengan pesan supaya direvisi seperlunya untuk nantinya dipertimbangkan lebih lanjut. Ketua Jurusan, setelah membaca buku-buku lalu memanggil saya untuk menginformasikan amanat bapak Ketua.
Segera saya mengambil langkah melakukan revisi dan dalam waktu satu tahun tiga judul buku selesai sdaya revisi (mungkin “baru” mencapai 90% lebih dan kuyakin penyelesaian penuh dapat dikerjakan sambil jalan, sambil menunggu audiensi kepada bapak Ketua. Ketiga judul buku tersebut adalah 1. Pokok-pokok Pelayaran Niaga, 2. Sewa-menyewa Kapal dan 3. Sistem Angkutan Peti Kemas yang kuanggap lebih penting diterbitkan terlebih dahulu. Saya juga, dengan membawa contoh print out ketiga buku tersebut, berkunjung ke kantor kelompok penerbit Gramedia tetapi harus kecewa bahwa omset penjualan buku tidak dapat mencapai total 3.000 eksemplar dalam waktu satu tahun, yang merupakan persyaratan utama bagi penerbitan murni (pengarang hanya menyerahkan naskah buku dan penerbit menangani semuanya). Sebagai alternatif, buku dapat diterbitkan melalui opsi kerja sama yaitu pengarang mencari mitra yang dapat menyediakan dana bagi biaya penerbitan buku sebanyak 50% dari jumlah yang diperhitungkan dan akan diberi buku separo untuk dijual sendiri sementara sisanya dijual oleh kelompok toko buku Gramedia. Pengarang akan mendapat royalti dari buku yang dijual oleh kelompok toko buku Gramedia. Penyediaan dana 50% berlaku bagi setiap judul buku yang dikehendaki diterbitkan melalui opsi kerjasama ini.
Waduh, saya tidak punya uang puluhan juta rupiah untuk memenuhi opsi itu, kataku, lalu saya sampaikan masalah itu kepada famili yang diyakini mempunyai tabungan cukup banyak untuk dapat menyetorkan modal cukup bagi penerbitan buku dalam opsi ini tetapi belakangan, setelah dihitung-hitung dia menyatakan tidak dapat membantu.
Suatu saat saya membaca iklan seminar gratis membuka bisnis online, diselenggarakan di gedung mewah JDC (Jakarta Design Center), langsung saja saya mengikuti seminar itu sambil merasa yakin itu hanya pancingan saja untuk suatu acara berbayar. Dugaan saya tidak salah, sebelum seminar selesai panitia memberitahukan bahwa seminar akan dilanjutkan dengan lokakarya (workshop) dua hari dengan biaya Rp.3.300.000.- sampai mahir (kalau belum mudeng boleh ikut lagi tanpa bayar sampai mahir). Kalau bayar DP Rp.300.000.- hari itu, biayanya turun menjadi Rp.2.600.000.- dan kalau bayar tunai hari itu cukup dengan Rp.2.300.000.- sudah termasuk pembuatan dan pendaftaran website pada Wordpress sebesar Rp.350.000.-, CD seharga Rp.200.000.- dan membuat blog khusus (tidak disebutkan berapa biayanya).
Pas saldo saya masih penuh, tanpa pikir panjang lagi kucabut kartu ATM saya dan digesek senilai Rp.2.300.000.- lalu besoknya mengikuti lokakarya. Besoknya lagi (hari kedua) kuajak anakku ikut, untuk mendampingi kalau-kalau aku tidak mudeng mengikuti presentasi berkecapatan tinggi, maklum sudah uzur. Perlu diketahui bahwa pihak penyelenggara lokakarya menekankan bahwa kalau peserta worshop kurang bisa mengikuti pelajaran, bisa ikut terus sampai mahir, tanpa bayar. Memang langkah ini harus diambil karena workshop dilaksanakan tanpa seleksi, tanpa segmentasi padahal ketrampilan peserta dalam IT sangat beragam, seharusnya dipilah-pilah antara yang sudah jago IT (komputer) dan mana yang baru mulai mengenal komputer.
Rupanya instruktur/penyelenggara workshop merasa kurang nyaman kalau harus melakukan pemilahan peserta karena pasti akan memerosotkan jumlah peserta; lebih pas memberikan kesempatan ikut kursus terus-menerus kalau belum mudeng dengan materi yang diberikan. Toh kalau ikut terus menerus peserta tidak harus membayar kecuali untuk konsumsi sebesar Rp.150.000.- sehari (yah bagaimana lagi wong trend peserta workshop hanya mau ikut kalau diselenggarakan di gedung mewah). Dengan ikut lagi dan lagi mungkin instruktur mendapat masukan, termasukan masukan peserta baru karena promosi dari peserta yang sudah ikut. Seperti yang saya alami, sehari setelah kursus selesai (saya mengikuti angkatan ke-3) saya sudah mendapat konfirmasi bahwa angkatan berikutnya akan dilaksanakan tanggal 15 dan 16 Mei 2012 di tempat yang sama (belakangan ditunda jadi tanggal 31 Mei dan 1 Juni).
Anak saya ngomel-ngomel buang-buang uang saja katanya, kita kan sudah mendapat modul, nanti bapak saya ajari saja sampai mahir namun saya memutuskan tetap ikut, mungkin ada bahasa yang berbeda dari presenter sehingga lebih mudah dimengerti (lebih mudeng).

2 komentar:

Konsultan Maritim mengatakan...

Buku-buku kemaritiman, termasuk yang membasah tentang Pelayaran Niaga, Sewa-menyewa Kapal, Sistem Angkutan Peti Kemas dan Asuransi Maritim bagi pencinta buku di negara maritim terbesar sedunia seharusnya laku dijual di toko buku utama tetapi kenyataannya tidak seindah itu.
Buku karangan penulis tidak terkecuali, bahkan beberapa jenis buku karangan Radix Purba, R.P. Suyono sudah tidak tampak lagi terpajang di toko buku. Mungkin pengarangnya sudah tiada (meninggal) tapi mungkin juga kecewa dengan "treatment" penerbit yang kurang memadai, entahlah.
Penulis yang bernama F.D.C. Sudjatmiko dalam usianya yang uzur, berusaha menjalankan bisnis online dalam hal ono. Belum operasional namun tetap dijalankan sampai kelak terbukti memang masyarakat dan pelaku bisnis tidak memaui bahan untuk "mencerdaskan kehidupan bangsa". Atau: banyak email masuk meminta kiriman buku karena sudah mentansfer harganya. Semoga. Amin

Rantoni Morang mengatakan...

Saya Ikut prihatin pak.. hanya bisa mengucapkan TERIMA KASIH atas ilmu yang Bapak tuangkan di Blog ini.

Rantoni,
Praktisi Marine Business

Posting Komentar