Pengikut

maritime script

web site hit counter

About Me

Foto Saya
Konsultan Maritim
Jakarta Timur, DKI Jakarta, Indonesia
Konsultan Maritim,lembaga untuk pemberian pendidikan dan pelatihan bidang kemaritiman khususnya angkutan laut niaga termasuk penyediaan buku-buku terkait baik yang dikarang oleh blogger sendiri maupun buku lainnya.Buku yng dikRng oleh Drs. FDC. Connie Sudjatmiko, MM antara lain: 1. Pokok-pokok Pelayaran Niaga, 2. Sewa-menyewa Kapal, 3. Hukum Dagang Laut Bagi Indonesia, 4. Sistem Angkutan Peti Kemas, 5. Pabean Ekspor Impor, 6. Ensiklopaedia Maritim. Buku-buku tersebut dapat dipesan melalui blog ini.
Lihat profil lengkapku

Sponsored by

Jumat, 30 Juli 2010

CONTAINER TERGULING DI JALAN

Mungkin anda prnah mengamati berita foto di surat kabar di mana ditunjukkan gambar sebuah peti kemas (container tergul;ing di jalan raya), terjatuh dari trailer pengangkutnya .
Teks pada berita foto tersebut berbunyi: “Container jatuh dari trailer pengangkutnya akibat jalan yang rusak dan banyak lubang”. Wartawan surat kabar tersebut yang menyiapkan berita itu tentulah kurang jeli mengamati situasi, sekaligus tidak memperhatikan anatomi peti kemas an anatomi trailer atau chassis pengangkut peti kemas.
Setiap peti kemas mempunyai lubang pada keempat kakinya (corner post), ke dalam lubang mana dimasukkan perangkat locking pin (disebut juga twist lock), pena pengunci yang merupakan perangkat pengamanan peti kemas dalam proses pengangkutan. Perangkat locking pin dipasang pada trailer, chassis dan kapal pengangkut peti kemas. Bentuk dan ukurannya kurang lebih sama dengan kue bolu, terbuat dari baja berkekuatan besar dan dilengkapi dengan per tekan yang sangat kuat dan keras.
Kue bolu baja tersebut terdiri dari dua bagian, yaitu bagian atas ukurannya sedikit lebih kecil daripada ukuran lubang corner post dan bagian bawahnya berukuran sedikit lebih besar sehingga tidak dapat memasuki lubang melainkan tertahan di bawah lubang. Dengan handel, locking pin dimasukkan ke dalam lubang corner post lalu handel diputar ke arah lain sehingga pin bagian atas yang sudah masuk ke dalam lubang terputar menjadi berada pada posisi melintang dam karena bagian bawah lebih besar dan tidak dapat masuk ke dalam lubang maka pin dengan kokoh memegang peti kemas pada posisinya (karena bagian bawah tersebut ditekan oleh per yang sangat kuat).
Sudah dikatakan tadi bagian bawah kue bolu baja itu dilengkapi per yang sangat kuat sehingga kenek trailer yang bertubuh kekar juga kesulitan menanganinya kalau tidak dengan bantuan pipa yang dimasuikkan ke dalam handel pengungkit locking pin (panjang handel hanya sejengkal). Kalau tidak demikian, anak-anak nakal SMP yang suka nebeng trailer kosong, dapat mudah membuat peti kemas terguling jatuh.
Nah, dengan penjelasan itu anda dapat memahami bahwa berita tentang peti kemas jatuh karena jalan rusak, sama sekali tidak benar. Kalau benar container jatuh karena jalanan rusak maka trailer pengangkutnya pasti juga jatuh terguling dekat di depan container. Andapun, saya yakin, percaya dengan penjelasanku bahwa kalau locking pin berada dalam kondisi baik (intact), peti kemas tidak akan jatuh walaupun trailer pengangkutnya terguncang-guncang berjalan di jalan berlubang atau banyak batunya; trailer pasti terguling lebih dahulu sebelum pet kemasnya.
Kenyataannya dalam berita foto tersebut, beberapa kali blogger mengamati bahwa trailernya tegak berdiri agak jauh di depan peti kemas yang “tertidur” di jalan mulus dan oleh pengemudinya trailer sudah ditepikan. Ini membuktikan bahwa container terjatuh bukan karena jalanan rusak melainkan karena perangkat locking pin pada trailer rusak, tidak segera diperbaiki atau bahkan perangkat tersebut sudah patah atau copot.
Kita sering menyaksikan dengan prihatin locking pin yang rusak bukannya segera diganti baru melainkan hanya digunakan tali tambang untuk mengikat peti kemas pada posisi yang tidak ada locking pinnya. Ini sungguh tindakan sangat tidak bertanggung jawab sebab tali tambang mempunyai sifat mudah “molor”; kalau trailer berjalan beberapa puluh kilometer dipastikan ikatan menjadi longgar dengan akibat locking pin yang lain (3 buah) yang masih baik akan ikut mengalami kerusakan.
Ini juga merupakan pesan moral kepada petugas Dinas Perhubungan (Dishub) untuk benar-benar mengawai sarana angkutan umum yang mengangkut container dan kalau mendapati sarana angkutan tidak dilengkapi locking pin yang berfungsi sebagaimana mestinya, langsung saja dipinggirkan dan diperintahkan agar saat itu juga diperbaiki sebelum diijinkan berjalan lagi.
Kalau petugas Dishub mendapati bahwa locking pin tidak ada sama sekali dan bukannya rusak, trailer tetap ditahan di tepi jalan itu dan supirnya diharuskan pulang ke poolnya mengambil locking pin yang baru. Perbaikan locking pin dapat dilakukan oleh sembaran tukang las pinggir jalan, baik menggunakan alat las listrik atau las bakar.

Trailer tanpa locking pin.

Selain trailer yang locking pinnya rusak satu atau dua buah, ada juga trailer yang memang tidak dilengkapi dengan locking pin, seperti yang disaksikan oleh blogger saat mengantartkan taruna STIP melakukan peninjauan lapangan di pelabuhan Tanjung Priok beberapa waktu yang lalu (mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran, STIP disebut taruna).
Menyaksikan bahwa ada trailer yang berlalu lalang beroperasi mengangkut peti kemas tetapi tanpa dilengkapi locking pin, blogger mendekati manajer yang melayani peninjauan tersebut untuk bertanya.
Pak, mengapa trailer model ini tidak dilengkapi locking pin, lalu di mana faktor keselamatannya? Blogger mengucapkan pertanyaan tersebut dengan nada tinggi supaya taruna mendengarkannya, termasuk mendengarkan jawaban si manajer. “Trailer model ini” kusebut, yaitu trailer tanpa locking pin tetapi mempunyai sepotong baja bersiku sebagai penghalang (Jawa: awer-awer).
Manajer menjawab: “Oh iya pak, trailer tanpa locking pin ini dimaksudkan supaya proses pembongkaran peti kemas berlangsung dengan cepat karena wharf assistant yang membantu operator gantry crane tidak harus mengamati dengan cermat posisi masuknya locikng pin pada lubang peti kemas. Faktor keamanannya adalah bahwa trailer ini hanya beroperasi di areal container yard (CY) pelabuhan untuk memindahkan peti kemas yang baru dibongkar dari kapal ke tempat penimbunannya di CY. Tidak diijinkan berjalan di jalan raya karena keamanannya tidak terjamin”.
Mendengar penjelasan itu blogger langsung menyampaikan kepada para taruna: “Inilah bukti kreativitas para eksekutif PT. (Persero) Pelabuhan II Tanjung Priok dalam menekan biaya investasi pelabuhan. Harga sebuah trailer mungkin tidak mencapai Rp.400.000.000.-, bandingkan dengan harga perangkat transtainer yang merupakan perlengkapan standar pelabuhan peti kemas. Ada yang tahu berapa harga transtainer?” saya bertanya. Seorang taruna menyahut: “Kalau tidak salah Rp.4.milyar pak”, kusahut lagi “Ya, berarti PT.Pelabuhan II Tanjung Priok menghemat biaya investasi 90%”.
Transtainer, atau nama resminya rubber tyred gantry crane adalah mesin pemindah peti kemas yang tidak dilengkapi kemudi, fungsinya untuk memindahkan peti kemas yang baru diturunkan dari kapal oleh gantry crane ke tempat penumpukannya di CY. Ada tugas lain juga yaitu mengatur tumpukan peti kemas (kalau yang di bawah diambil terlebih dahulu oleh importirnya maka yang di atasnya harus dipindahkan dulu).
Ada dua jenis transtainer, yang pertama adalah jenis small span, dapat melangkahi tiga baris peti kemas dan wide span dapat melangkahi enam baris. Di CY peti kemas ditumpuk empat tier (empat susun).
Dengan menggunakan trailer khusus pemindah peti kemas antar CY, pekerjaan juga dapat diselesaikan lebih cepat karena trailer bebas berjalan ke mana saja, tidak seperti transtainer yang hanya dapat maju dan mundur karena tidak dilengkapi kemudi.

0 komentar:

Posting Komentar